Langsung ke konten utama
Filsafat Abad Pertengahan












DISUSUH OLEH :
Adik Isra Aulia


Dosen Pembimbing :
Wira Sugiarto, S.Ip, M.Pd.I



PAI II A




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN ) BENGKALIS
TA : 2017/2018


                                                                                                                                                                                                                                                    

Filsafat Abad Pertengahan
Sejarah filsafat abad pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai awal abad ke-17. Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada abad pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan kristen. Artinya, pemikiran filsafat abad pertengahan didominasi oleh agama. Dimana semua pemecahan persoalan selalu didasarkan atas dogma agama, sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris. Periode filsafat pada abad pertengahan ini  mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. 
Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama kristen pada permulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan agama. Zaman pertengahan adalah zaman keemasan bagi kekristenan. Disinilah yang menjadi persoalannya, karena agama kristen itu mengajarkan bahwa wahyu tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai kemampuan akal. 

*   Ciri Filsafat Abad Pertengahan
Filsafat Barat Abad Pertengahan ini dicirikan dengan adanya antara agama Kristen dan filsafat. Di lihat secara menyeluruh, filsafat barat abad pertengahan ini memang merupakan filsafat Kristiani. Oleh karena itu, kiranya dapat dikatakan bahwa filsafat barat abad pertengahan adalah suatu  filsafat agama dengan agama Kristiani sebagai basisnya. Sehingga agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu  Tuhanlah  merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan Yunani kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu. Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada 2 (dua) :
1.      Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir karena tida mengakui adanya wahyu.
2.      Golongan yang menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan maka kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran sejati. Oleh karena itu, akal dapat dibantu oleh wahyu.
*   Ciri pemikiran filsafat barat abad Pertengahan adalah:
1.      Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja;
2.      Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles;
3.      Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Masa Abad Pertengahan juga ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmu pada masa ini hampir semuanya adalah teolog, sehingga aktivitas ilmiah berkaitan dengan aktivitas keagamaannya. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Filsafat abad pertengahan ini terbagi menjadi dua masa, yaitu :
1.    Masa Patristik
Masa Patristik berasal dari kata Latin patres yang artinya bapa-bapa Gereja, yang merupakan ahli-ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Periode ini mengalamai dua tahap, yaitu :
1)   Permulaan agama Kristen.
2)   Filsafat Agustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik.
Para pemimpin ini dipilih dari golongan atas atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yang menerimanya.
Bagi mereka yang menolak, alasannya karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani.Bagi mereka yang menerima sebagai alasannya beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara berpikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, memakai atau menerima filsafat Yunani  diperbolehkan selama dalam hal-hal tertentu bertentangan dengan agama.
Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang menerima yang menerima filsafat Yunani menuduh bahwa mereka orang-orang Kristen yang menolak filsafat Yunani) itu munafik. Kemudian, orang yang dituduh munafik tersebut menyangkal, bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang-orang yang menolak filsafat Yunani mengatakan bahwa dirinyalah yang benar-benar hidup sejalan Tuhan.
Akibatnya, muncul upaya untuk membela agama Kristen, yaitu para apologis (pembela agama Kristen) dengan kesadarannya membela imam Kristen dari serangan filsafat Yunani. Para pembela imam Kristen tersebut adalah :
1.    Justinus Martir, Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen.
2.    Klemens, Menurut pendapatnya, bahwa memahami Tuhan bukanlah dengan keyakinan irasional, melainkan melalui disiplin pemikiran rasional.
3.    Tertullianus, Menurut pendapatnya bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubungannya antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalam (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan antara Kristen dengan penemuan baru. Selanjutnya ia berkata bahwa dibanding dengan cahaya Kristen, segala yang dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap tidak penting.
4.    Augustinus, Menurut pendapatnya daya pemikiran manusia ada batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikir manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi.
2.    Masa Skolastik
Filsafat abad pertengahan lazim disebut filsafat skolastik. Kata tersebut berasal dari kata schuler yang memiliki arti “ajaran” atau “sekolahan”. Pasalnya, sekolah yang diselenggarakan oleh Karel Agung mengajarkan apa yang diistilahkannya sebagai artes liberales, meliputi mata pelajaran gramatika, geometria, arithmatika, astronomia, musika, dan dialektika. Dialektika ini sekarang disebut logika dan kemudian meliputi seluruh filsafat. Belakangan kata skolastik menjadi istilah bagi filsafat pada abad 9-15 yang mempunyai corak khusus yaitu filsafat yang dipengaruhi agama.
1.      Periode Skolastik Islam
Di kalangan kaum Muslim filsafat dianggap berkembang dengan baik mulai abad IX Masehi hingga abad XII. Keberadaan filsafat pada masa ini juga menandai masa kegemilangan dunia Islam, yaitu selama masa Daulah Abbasiyah di Bagdad (750-1258) dan Daulah Amawiyah di Spanyol (755-7492).
Menurut Hasbullah Bakry, istilah skolastik Islam jarang dipakai dalam khazanah pemikiran Islam. Istilah yang sering dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat Islam. Kedua ilmu tersebut dalam pembahasannya dipisahkan. Periode skolastik Islam dapat dibagi ke dalam beberapa masa, yaitu :
1.    Periode Kalam Pertama
Periode ini ditandai dengan munculnya kelompok-kelompok mutakallimin/aliran-aliran dalam ilmu kalam, yakni   :
a.    Khawarij
b.    Murjiah
c.    Qadariyah
d.   Jabariah
e.    Mu'tazilah
f.     Ahli Sunnah
Aliran yang paling menonjol adalah Mu'tazilah yang dimotori oleh Wasil bin Atha dan dianggap sebagai rasionalisme Islam. Aliran ini timbul sebagai jawaban atas tantangan-tantangan yang timbul berupa paham-paham mengenai masalah Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan, yaitu paham tasybih (antropomorphisme),  jabariyah(determinisme), dan khawarij (paham teokratik). Mu'tazilah memberi jawaban dengan konsep-konsep dan ajarannya, yaitu    :
a.         Keesaan Tuhan (al-tauhid)
b.         Kebebasan kehendak (al-iradah)
c.         Keadilan Tuhan (al-'adalah)
d.         Posisi tengah (al-manzilah bain al-manzilatain)
e.         Amar ma'ruf nahi munkar (al-amr bi al-ma'ruf wa al nahy 'an al-munkar) .
2.    Periode Filsafat Pertama     
Periode filsafat Islam pertama adalah periode munculnya filsuf-filsuf Muslim di wilayah Timur, masing-masing adalah :
a.    Al-Kindi (806-873 M)
b.    Al-Razi (865-925 M)
c.    Al-Farabi (870-950 M)
d.   Ibnu Sina (980-1037 M).
3.    Periode Kalam Kedua
Periode ini ditandai dengan tampilnya tokoh-tokoh kalam penting dan besar pengaruhnya terhadap perkembangan ilmu kalam berikutnya, antara lain      :
a.    Al-Asyi'ari (873-957 M)
Semula ia adalah pengenut Mu'tazilah, tetapi karena tidak puas dengan keterangan-keterangan yang diberikan oleh gurunya, Al-Juba'i, akhirnya ia keluar dari Mu'tazilah. Aliran dan pahamnya disebut Asy'ariyah. Di samping Asy'ariyah juga Al-Matudiri.
b.    Al-Ghazali (1065-1111 M)
Ia adalah sosok Muslim yang berpengaruh besar terhadap dunia Islam. Ia bergelar "hujjatul Islam" (benteng Islam).
4.    Periode Filsafat Kedua
Periode ini ditandai dengan tampilnya sarjana-sarjana dan ahli-ahli dalam berbagai bidang yang juga meminati filsafat. Mereka hidup dalam masa Daulah Amawiyah di Spanyol (Eropa) pada saat Eropa sedang dalam masa kegelapan. Dengan tampilnya para filsuf Muslim di Eropa ini, ilmu dan peradaban tumbuh berkembang dan terus meningkat. Mereka adalah         :
a.    Ibnu Bajjah (1100-1138 M), di Barat di kenal Avempace
b.    Ibnu Thufail (m. 1185 M), di Barat di kenal Abubacer
c.    Ibnu Rusyd (1126-1198 M), di Barat di kenal Averroce
5.    Periode Kebangkitan
Periode ini dimulai dengan adanya kesadaran dan kebangkitan kembali dunia Islam setelah mengalami kemerosotan alam pikiran sejak abad XV hingga abad XIX. Oleh karenanya, periode ini disebut juga sebagai Renaissans Islam. Di antara tokoh yang berpengaruh pada periode ini adalah Jamaluddin Al-Afgani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Muhammad Iqbal, dan masih banyak lagi.
2.      Periode Filsafat Skolastik Kristen
1.    Masa Skolastik Awal (Abad 9-12 M)
Masa ini merupakan kebangkitan pemikiran abad pertengahan setelah terjadi kemerosotan. Masa pra- Yunani disebabkan kuatnya dominasi golongan gereja. Mulanya skolastik timbul pertama kalinya di biara Itali Selatan dan akhirnya berpengaruh kedaerah- daerah lain. Di sekolah-sekolah saat itu diterapkan kurikulum yang meliputi study duniawi atau arts liberales yang meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (seni diskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik.
Pada masa ini persoalan pemikiran yang menonjol adalah hubungan antara rasio dengan wahyu (agama). Hubungan antara rasio dengan agama ini dirumuskannya dengan "Credo Ut In Telligam "(saya percaya supaya mengerti). Maksudnya adalah bahwa orang yang mempunyai kepercayaan agama akan lebih mengerti segala sesuatunya: Tuhan, manusia, dan dunia. Jadi yang paling diutamakannya adalah agama dalam filsafatnya, tapi tidak mengingkari kemampuan rasio. Universalia ialah pengertian umum seperti kemanusiaan, kebaikan, keindahan, dan sebagainya.
2.    Masa Skolastik Keemasan       
Sejak pertengahan abad ke-12 karya-karya non-krisriani mulai muncul dan filsuf islam mulai berpengaruh. Masa  kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200-1300 M.
Secara umum ada beberapa faktor yang menjadikan masa skolastik mencapai keemasan, yaitu :
a.    Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rasyd, Ibnu Sina, sejak abad ke-12 sampai ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
b.    Tahun 1200 M didirikan Universitas Almamater di Prancis. Almamater inilah sebagai embrio berdirinya Universitas di Paris, Oxford, dan lain-lain.
c.    Berdirinya ordo-ordo karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Toktoh yang paling terkenal dimasa ini adalah Albertus Magnus dan Thomas Aguinas.
3.    Masa Skolastik Akhir
Masa ini ditandai dengan kemalasan berpikir filsafat sehingga menyebabkan stagnasi pemikiran filsafat skolastik  kristen. Pada masa ini tokoh yang paling terkenal, yaitu Nicolaus Cusanus (1401-1404 M). Menurutnya terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu: lewat indra, akal, dan intuisi. Pemikiran Nicolaus ini dianggap sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan kesuatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah kemasa depan dan pemikirannya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.
Setelah abad pertengahan berakhir sampailah pada masa per­alihan yang diisi dengan gerakan kerohanian yang, bersifat pemba­haruan.
3.    Filsafat Masa Peralihan
Setelah abad pertengahan berakhir sampailah pada masa peralihan yang diisi dengan gerakan kerohanian yang bersifat pembaharuan. Zaman peralihan ini merupakan embrio masa Modern. Masa peralihan ini ditandai dengan munculnya renaissance, humanisme, dan reformasi yang berlangsung antara abad ke-14 hingga ke-16.
1)      Renaissance
Renaissance atau kelahiran kembali di Eropa ini merupakan suatu gelombang kebudayaan dan pemikiran yang dimulai di Italia, kemudian di Prancis, Spanyol, dan selanjutnya hingga menyebar ke seluruh Eropa. Di antara tokoh-tokohnya adalah Leonardo da Vinci, Michelangelo, Machiavelli, dan Giordano Bruno.
2)      Humanisme
Humanisme pada mulanya dipakai sebagai suatu pendirian di kalangan ahli pikir Renaissance yang mencurahkan perhatiannya terhadap pengajaran kesusastraan Yunani dan Romawi, Berta peri­kemanusiaan. Kemudian, Humanisme berubah fungsinya menjadi gerakan untuk kembali melepaskan ikatan dari gereja dan berusaha menemukan kembali sastra Yunani atau Romawi. Di antara para tokohnya adalah Boccaccio, Petrarcus, Lorenco Vallia, Erasmus, danThomas Morre.
3)      Reformasi
Reformasi merupakan revolusi keagamaan di Eropa Barat pada abad ke-16. Revolusi tersebut dimulai dari gerakan terhadap perbaikan Fe~d`aan gereja Katolik. Kemudian berkembang menjadi asas-asas Protestantisme. Para tokohnya antara lain jean Calvin dan Martin Luther. Akhirnya dalam filsafat Renaissance salah satu unsur pokoknya adalah manusia. Suatu pemikiran yang sejajar dengan Renaissance. Pemikiran yang ingin menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan.

Komentar